Tuesday, November 21, 2006

Samardan

Sehari setelah menulis artikel Jawara di sini, aku membaca Kompas yang mengabarkan bahwa SM Ardan tertabrak motor di dekat rumahnya di Rawabelong, Jakarta Barat. Kejadiannya pada Ahad, sekitar pukul 13.00. Ketika itu dia akan mencukur rambut, yang mengharuskannya menyeberang. Demi menghindari mobil yang melintas dia menghindar, tapi sayang dari arah yang berlawanan sepeda motor berkecepata tinggi menabraknya yang menyebabkan seniman Betawi ini patah kaki kanan dan retak di bagian kepala. Lelaki 74 tahun ini kini masih belum sadarkan diri dirawat di rumah Sakit Jakarta Ruang ICU. Sementara si penabrak, lari meninggalkan korban yang sudah tua itu.

Jalan di Rawabelong memang sempit. Sementara kendaraan roda dua dan empat cukup padat, apalagi pagi dan sore hari yang merupakan jam pergi dan pulang kerja. Bukan cuma itu, Rawabelong juga tidak menyediakan sarana yang cukup buat pejalan kaki. Jarak antara jalan raya dan rumah penduduk paling-paling hanya 2 meter.

Rawabelong yang terkenal dengan sentra penjual kembangnya, adalah sepotong jalan tua di Jakarta Barat. Di ujung jalan, tepatnya di pertigaan Rawabelong, ada penjual nasi usuduk yang terkenal yaitu “Nasi Uduk Muri”. Sementara pada ujung yang satu lagi, adalah perempatan Batusari. Batusari adalah nama sebuah pabrik tegel, yang kini sudah tutup. Konduktor Adie MS pernah menjadi kasir di perusahaan keluarga ini.

Aku pernah tinggal selama dua tahun di Rawabelong. Saat puasa, adalah saat paling padat lalu lintas terutama menjelang buka puasa. Hampir semua makanan khas kaki lima dijual di sini dari mulai asinan, tempe mendoan, kolak pisang, biji salak, sampai koktail buah.

Bila hari libur tiba, jalanan tetap macet terutama bagi mereka yang hobi bercocok tanam. Kendaraan roda empat akan diparkir di tepi jalan yang sudah sempit. Biasanya orang-orang membeli pupuk, pot kembang, atau kembang hias lainnya.

Sehari menjelang lebaran, suasana begitu padat dengan orang lalu lalang membeli sebuket kembang yang akan ditaruh di meja pajangan. Harganya akan terus meroket sesuai dengan surutnya waktu menuju malam.

Tradisi yang masih bertahan di Rawabelong adalah para penjual ikan pindang menjelang imlek. Mereka khusus berjualan pada hari, yang biasa disebut konyan itu. Warga Betawi, pada hari itu akan membelikan ikan pindang dan pete buat mertua sebagai tanda kasih. Dan juga kecap.

Kembali kepada Ardan. Aku tidak mengenal lelaki yang bernama lengkap Samardan itu secara pribadi. Tapi sering menyimak beberapa tulisannya di media massa. Pada artikel Jawara, aku mengutip pendapatnya tentang asal-usul Si Pitung. Dia memang dikenal sebagai budayawan Betawi yang cukup otoritatif setelah almarhum Firman Muntaco.

Salah satu kumpulan puisinya bersama Ajip Rosidi dan Sobron Aidit adalah “Ketemu di Djalan” yang terbit tahun 1950-an. Karya lain yang juga cukup monumental adalah Njai Dasima (1965) yang pernah aku kutip juga ketika menulis Tukang Delman di sini.

Karya Njai Dasima versi Ardan adalah “perlawanan” atas versi G.Francis pada 1896 yang berjudul: “Tjerita Njai Dasima, Soewatoe Korban Dari Pada Pemboejoek”. Karya Francis ini, pada zamannya memang tergolong istimewa sampai dibuat film oleh Tan’s Film pada 1929 yang berjudul “Nyai Dasima”. Ini merupakan film bisu pertama yang disutradarai oleh Lie Tek Swie dengan pemain N. Noerhani, Anah, Wim Lender dan Momo.

Pada film yang diadaptasi dari karya Francis ini, sangat kuat terekam pandangan tentang nyai sebagai budak pemuas nafsu para sinyo, yang terasing, bergulat dengan kesenangan dan cinta semu.

Nah, Ardan mencoba mengubah citra nyai itu sebagai konflik batin para perempuan pribumi. Di dalamnya ada, pilihan yang sulit dipungkiri yang melibatlan struktur sosial masyarakat setempat. Meski aib, tapi mereka sesungguhnya menjadi korban dari sistem yang direkonstruksi oleh para kolonialis sendiri.

3 comments:

  1. Anonymous11:00 AM

    semoga sm.ardan cepat sembuh, yak, Man...
    btw, jawara, tuan Bek... juga adalah rekayasa sospol kolonial, bukan begitu, man? *lho, kok, malah nanya yak...hehehe*

    ReplyDelete
  2. mudah-mudahan. doain aja deh, walau kita gak kenal die. Ky, alamat blog lo apa sih? gw kan pingin berkunjung juga.

    ReplyDelete
  3. Anonymous8:54 AM

    http://semplice.blogsome.com atau bisa langsung klik nama gw yg ada di komen ente

    ReplyDelete