Friday, December 22, 2006 | 10:23 PM

mantra


tung alang alang
selerod bambu tali
buntung kepalang-palang
gerowak dalam sekali

(Maaf bila mantra ini ada yang salah tulis)

Begitulah mantra itu diucapkan oleh para kerabat di Kemanggisan, bila ada anak kecil yang menangis karena bagian badannya terluka. Aku tidak tahu arti dua bait “puisi kuno” itu. Mungkin yang membacakannya pun tidak pernah paham, kecuali hadirnya kekuatan yang bisa membuat reda tangis anak-anak dan menghilangkan sedikit rasa sakit.

Mantra itu, sering aku dengar semenjak tinggal di Kemanggisan. Tapi, mantra sering aku dengar sejak masih kecil. Orang Sunda memberi banyak nama pada kalimat sakti itu. Bisa disebut jampe harupat untuk penyembuhan dan sering disebut jangjawokan atau piasihan untuk memikat hati seorang gadis.

Ibuku adalah pembaca mantra bagi anak-anaknya. Bila ada yang terjatuh atau kepentok, sambil mengusap bagian yang sakit dia akan berucap:

jampe-jampe harupat
geura gede, geura lumpat

(jampe harupat, cepatlah besar, cepatlah berlari).

Cukup memberi sugesti dan kami pun akan terasa nyaman.

Rupanya setiap daerah dan suku di tanah air memiliki mantra sendiri-sendiri. Semua mantra diucapkan sesuai dengan kebutuhan. Para pemanggil hantu jelangkung akan berujar: datang tak diundang pulang tak diantar (mantra dalam film Jelangkung).

Saat aku beranjak dewasa, seseorang pernah memberiku mantra asihan untuk memikat hati perempuan yang aku sukai, bunyinya: sima aing, sima maung. Aku pernah mengamalman mantra ini, tapi tak pernah sekalipun berhasil menggaet seorang gadis.

Aku baru tahu, rupanya mantra adalah bagian dari doa para bhiksu Tibet saat bermeditasi.Aku pernah membaca cerita, di mana para bhiksu itu bisa meringankan badannya saat semedi. Bahkan, saat udara dingin membeku, tiba-tiba udara panas akan terasa mengalir karena kekuatan mantra mereka.

Seorang dokter Amerika pernah membuat buku berdasarkan penelitian para bhiksu itu. Katanya, mantra itu bisa digunakan sebagai sarana penyembuhan. Caranya dengan duduk tenang, ambil nafas dalam-dalam dan ucapkan satu kalimat yang bisa diambil dari kitab suci atau dari bagian mana pun yang kita anggap bisa memberi kekuatan penenang. Bahkan hanya untuk sebuah kalimat yang berbunyi: satu.

Catatan dari salah satu Vihara menyebutkan, bila kita rutin membaca mantra baik dalam hati maupun bersuara, maka mantra ini akan membentuk bayangan yang positif sehingga memberikan manfaat. Sebab, menambah keyakinan di dalam kesadaran kita.

Malahan, katanya, mantra yang kita ucapkan secara berulang makin lama akan membekas dalam hati dan pikiran. Perlahan akan mengikis pikiran negatif. Seniman WS Rendra, dalam sebuah acara, pernah aku dengar mengucapkan mantra sekaligus salam pembuka: rahayu, rahayu, rahayu.

Tampaknya, setelah memiliki anak, aku pun dituntut untuk membuat mantra bagi kedua anak-anakku bila mereka menangis. Aku tidak mungkin membaca mantra yang biasa ibuku bacakan saat aku kecil. Aku ciptakan saja mantra sejadinya:

bas bis bus
pisangnya pisang rebus
ja ja ja
pisangnya pisang raja

Image hosted by Photobucket.com

3 comments